Jika Anda termasuk yang sering bercukur di tukang cukur
>bermerk "Pangkas Rambut", cobalah bertanya kepada si
>akang pemangkas rambut tersebut perihal daerah asalnya.
>Hampir bisa dipastikan ia berasal dari Garut, Jawa Barat.
>
> Tanyakan juga kepada para pedagang toko kecil yang
>banyak berdiri di sudut jalan atau ujung gang, biasanya
>mereka menjual rokok, penganan kecil seperti biskuit dan
>permen dan juga kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan
>pasta gigi. Hampir semua pemilik warung kecil itu berasal
>dari Kuningan, Jawa Barat.
>
> Semua pun
> tahu, bahwa nyaris semua penjahit yang pernah kita temui
>atau bahkan menjadi langganan kita berasal dari Sumatera
>Barat. Seperti halnya tempat-tempat penambal ban maupun
>bengkel motor di pinggir jalan itu kita panggil "Ucok"
>karena memang kebanyakan mereka asli Sumatera Utara. Dan
>kalau bicara soal kredit barang-barang kelontong,
>Tasikmalaya sangat lekat di telinga kita.
>
> Memang tidak semua pemangkas rambut berasal dari Garut,
>atau penambal ban dan penjahit pakaian berasal dari
>daerah tersebut di atas. Namun secara mayoritas boleh lah
>dianggap demikian. Tentu sangat menarik memperhatikan
>fenomena ini menilik dari kenyataan bahwa rezeki memang
>sudah ada yang mengaturnya. Dan Allah Maha Adil
>membagi-bagi rezeki kepada setiap makhluk di muka bumi
>ini.
>
> Hanya saja yang tak kalah pentingnya untuk dikaji yakni
> pernyataan bahwa memang tidak semua orang Sumatera Barat
>itu menjadi penjahit, seperti halnya tidak semua orang
>Tasikmalaya itu berprofesi sebagai tukang kredit. Meski
>pun seseorang lahir di Padang, besar di Padang, tetapi ia
>tidak pernah diajarkan atau menyentuh benda bernama mesin
>jahit, sampai kapan pun ia tidak akan pernah menjadi
>penjahit. Sebaliknya si Ucok anak si penambal ban,
>lantaran sejak melek sampai larut malam yang ia
>perhatikan adalah bagaimana bapaknya bekerja. Mulai dari
>mencopot ban dari kendaraan, melepas ban dalam, menambal
>yang bocor hingga memasangkannya kembali. Maka tak heran
>jika di usia belasan pun ia sudah mahir membongkar pasang
>ban kendaraan.
>
> Lebih jelasnya, setiap orang itu akan mendapatkan rezeki
>tergantung dari keterampilan yang
> dimilikinya. Orang Garut yang pandai mencukur rambut,
>maka ia akan membuka usaha cukur rambut. Orang yang
>mendapatkan pelayanan dari keahlian si tukang cukur, akan
>membayar sesuai jerih payah dan keahlian tersebut. Sama
>halnya dengan kita, keterampilan apa yang bisa kita
>"jual" agar pihak lain mau mengeluarkan sejumlah uang
>sesuai keahlian yang kita miliki itu.
>
> Intinya, jangan pernah berharap rezeki akan datang
>begitu saja tanpa ada satu usaha untuk menunjukkan satu
>bentuk keterampilan yang Anda miliki. Lebih dari satu
>keterampilan Anda miliki, insya Allah akan lebih pula
>yang bisa didapat. Tidak punya keterampilan satu pun,
>siap-siap selalu gigit jari karena kesempatan selalu
>terlewat begitu saja tanpa bisa kita raih.
>
> Misalnya begini, pernah ada seorang kawan yang bertanya
>perihal lowongan di tempat saya bekerja. Kemudian saya
>tanya, "bahasa Inggris bisa? Bisa mengoperasikan
>komputer?" untuk dua pertanyaan tersebut, jawabannya
>sama: Tidak. Ooh, ya kalau
> begitu saya ajukan satu pertanyaan lagi, "Bisa mengemudi
>mobil?" berhubung saat itu di kantor memang sedang
>membutuhkan seseorang dengan keahlian tersebut. Nyatanya,
>ia juga menjawab "Tidak" meski dibubuhi kalimat
>pendukung, "tapi saya bisa belajar kok.".
>
> Agak sulit bagi siapa pun untuk membantu mencarikan
>pekerjaan buat seseorang yang tidak memiliki satu pun
>keterampilan. Bahkan seorang office boy (OB) sekalipun
>memiliki keterampilan khusus yang menjadi prasyarat ia
>bisa diterima bekerja sebagai OB.
>
> ***
>
> Rezeki tidak pernah salah alamat, itu pasti. Kalau
>mengibaratkannya dengan seorang tukang pos pengantar
>surat, ia tidak akan pernah kesulitan mengantar surat
>jika tertera alamat yang jelas dan lengkap. Ditambah
>lagi, si pemilik rumah pun semestinya menuliskan alamat
>rumahnya dengan jelas, seperti nomor rumah, RT/RW dan
>lain sebagainya, agar pak pos tak kesulitan mencocokkan
>alamat tertera di surat dengan alamat kita. Jangan
>salahkan jika tukang pos
> kebingungan mencari alamat kita, karena boleh jadi kita
>memang tak memasang alamat jelas di depan rumah.
>
> Jadi, tunjukkan kemampuan, keterampilan, dan keahlian
>yang kita miliki. Agar orang lain bisa melihatnya dengan
>jelas dan memberikan kesempatan terbaik buat kita. Karena
>rezeki memang tidak pernah salah alamat, hanya kadang
>kita sendiri yang tak menunjukkan alamat jelas, sehingga
>seringkali rezeki berlalu begitu saja. (Gaw)
>bermerk "Pangkas Rambut", cobalah bertanya kepada si
>akang pemangkas rambut tersebut perihal daerah asalnya.
>Hampir bisa dipastikan ia berasal dari Garut, Jawa Barat.
>
> Tanyakan juga kepada para pedagang toko kecil yang
>banyak berdiri di sudut jalan atau ujung gang, biasanya
>mereka menjual rokok, penganan kecil seperti biskuit dan
>permen dan juga kebutuhan rumah tangga seperti sabun dan
>pasta gigi. Hampir semua pemilik warung kecil itu berasal
>dari Kuningan, Jawa Barat.
>
> Semua pun
> tahu, bahwa nyaris semua penjahit yang pernah kita temui
>atau bahkan menjadi langganan kita berasal dari Sumatera
>Barat. Seperti halnya tempat-tempat penambal ban maupun
>bengkel motor di pinggir jalan itu kita panggil "Ucok"
>karena memang kebanyakan mereka asli Sumatera Utara. Dan
>kalau bicara soal kredit barang-barang kelontong,
>Tasikmalaya sangat lekat di telinga kita.
>
> Memang tidak semua pemangkas rambut berasal dari Garut,
>atau penambal ban dan penjahit pakaian berasal dari
>daerah tersebut di atas. Namun secara mayoritas boleh lah
>dianggap demikian. Tentu sangat menarik memperhatikan
>fenomena ini menilik dari kenyataan bahwa rezeki memang
>sudah ada yang mengaturnya. Dan Allah Maha Adil
>membagi-bagi rezeki kepada setiap makhluk di muka bumi
>ini.
>
> Hanya saja yang tak kalah pentingnya untuk dikaji yakni
> pernyataan bahwa memang tidak semua orang Sumatera Barat
>itu menjadi penjahit, seperti halnya tidak semua orang
>Tasikmalaya itu berprofesi sebagai tukang kredit. Meski
>pun seseorang lahir di Padang, besar di Padang, tetapi ia
>tidak pernah diajarkan atau menyentuh benda bernama mesin
>jahit, sampai kapan pun ia tidak akan pernah menjadi
>penjahit. Sebaliknya si Ucok anak si penambal ban,
>lantaran sejak melek sampai larut malam yang ia
>perhatikan adalah bagaimana bapaknya bekerja. Mulai dari
>mencopot ban dari kendaraan, melepas ban dalam, menambal
>yang bocor hingga memasangkannya kembali. Maka tak heran
>jika di usia belasan pun ia sudah mahir membongkar pasang
>ban kendaraan.
>
> Lebih jelasnya, setiap orang itu akan mendapatkan rezeki
>tergantung dari keterampilan yang
> dimilikinya. Orang Garut yang pandai mencukur rambut,
>maka ia akan membuka usaha cukur rambut. Orang yang
>mendapatkan pelayanan dari keahlian si tukang cukur, akan
>membayar sesuai jerih payah dan keahlian tersebut. Sama
>halnya dengan kita, keterampilan apa yang bisa kita
>"jual" agar pihak lain mau mengeluarkan sejumlah uang
>sesuai keahlian yang kita miliki itu.
>
> Intinya, jangan pernah berharap rezeki akan datang
>begitu saja tanpa ada satu usaha untuk menunjukkan satu
>bentuk keterampilan yang Anda miliki. Lebih dari satu
>keterampilan Anda miliki, insya Allah akan lebih pula
>yang bisa didapat. Tidak punya keterampilan satu pun,
>siap-siap selalu gigit jari karena kesempatan selalu
>terlewat begitu saja tanpa bisa kita raih.
>
> Misalnya begini, pernah ada seorang kawan yang bertanya
>perihal lowongan di tempat saya bekerja. Kemudian saya
>tanya, "bahasa Inggris bisa? Bisa mengoperasikan
>komputer?" untuk dua pertanyaan tersebut, jawabannya
>sama: Tidak. Ooh, ya kalau
> begitu saya ajukan satu pertanyaan lagi, "Bisa mengemudi
>mobil?" berhubung saat itu di kantor memang sedang
>membutuhkan seseorang dengan keahlian tersebut. Nyatanya,
>ia juga menjawab "Tidak" meski dibubuhi kalimat
>pendukung, "tapi saya bisa belajar kok.".
>
> Agak sulit bagi siapa pun untuk membantu mencarikan
>pekerjaan buat seseorang yang tidak memiliki satu pun
>keterampilan. Bahkan seorang office boy (OB) sekalipun
>memiliki keterampilan khusus yang menjadi prasyarat ia
>bisa diterima bekerja sebagai OB.
>
> ***
>
> Rezeki tidak pernah salah alamat, itu pasti. Kalau
>mengibaratkannya dengan seorang tukang pos pengantar
>surat, ia tidak akan pernah kesulitan mengantar surat
>jika tertera alamat yang jelas dan lengkap. Ditambah
>lagi, si pemilik rumah pun semestinya menuliskan alamat
>rumahnya dengan jelas, seperti nomor rumah, RT/RW dan
>lain sebagainya, agar pak pos tak kesulitan mencocokkan
>alamat tertera di surat dengan alamat kita. Jangan
>salahkan jika tukang pos
> kebingungan mencari alamat kita, karena boleh jadi kita
>memang tak memasang alamat jelas di depan rumah.
>
> Jadi, tunjukkan kemampuan, keterampilan, dan keahlian
>yang kita miliki. Agar orang lain bisa melihatnya dengan
>jelas dan memberikan kesempatan terbaik buat kita. Karena
>rezeki memang tidak pernah salah alamat, hanya kadang
>kita sendiri yang tak menunjukkan alamat jelas, sehingga
>seringkali rezeki berlalu begitu saja. (Gaw)
0 komentar:
Post a Comment